Program Makan Bergizi Gratis sebenarnya penting untuk pembangunan sumberdaya manusia Indonesia masa depan. Namun seperti biasa, sebuah program yang bernilai dan berskala besar selalu memancing banyak pihak untuk ikut kecipratan walau tak relevan dengan kompentensi atau job desk-nya. Program bernilai besar selalu berpotensi menjadi bancakan dari orang-orang yang dekat dengan kekuasaan. Jika tak dikelola dengan baik dan benar, program yang bertujuan untuk menghapus stunting ini justru bisa membuat anak-anak jadi sinting.

Makan Bergizi Gratis, mulanya dikampanyekan sebagai program unggulan pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo – Gibran dalam pemilu presiden 2024 lalu.

Menonjolkan program populis yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat, pasangan ini kemudian memenangi pemilu. Dan yang dikampanyekan sebagai Makan Siang Gratis kemudian menjadi yang pertama diwujudkan.

Dibentuk Badan Gizi Nasional untuk melaksanakan program itu, nama Makan Siang Gratis kemudian dikoreksi menjadi Makan Bergizi Gratis. Koreksi yang benar karena pelaksananya adalah Badan Gizi bukan Badan Makan Siang.

Kabarnya untuk mensukseskan program unggulan ini, pemerintah memerlukan dana kurang lebih 400 trilyun per tahun.

Angka 400 trilyun ini segera memancing memori masyarakat terhadap pembangunan IKN yang oleh pemerintah sebelumnya disebut butuh dana 400 trilyun juga.

Membandingkan antara Makan Bergizi Gratis dan pembangunan IKN di media sosial kemudian muncul komentar-komentar random.

Ada yang menyebut “400 trilyun hanya jadi tai, berakhir di toilet,”

Netizen Indonesia memang selalu membuat analogi atau perbandingan yang tidak sebanding. Sepertinya memang masuk akal atau logis tapi tidak tepat. Yang dibahas selalu bukan substansinya.

Jelas tak masuk akal kalau menilai program Makan Bergizi Gratis dari sisi hasil buangan metabolisme tubuh, hanya jadi kotoran.

Anak-anak Indonesia jelas tidak kekurangan makan, tetapi fakta menunjukkan ada trend peningkatan jumlah anak yang kurang gizi atau stunting.

Dalam jangka panjang, stunting bisa berdampak pada resiko obesitas, kapasitas belajar dan perfoma kurang optimal pada masa sekolah, menurunnya kesehatan reproduksi dan hal-hal lain yang bisa mengancam pembangunan sumberdaya di masa depan.

Program Makan Bergizi Gratis jelas tidak akan sia-sia. Kalau ada yang perlu dikhawatirkan justru pelaksanaannya, permainan-permainan yang akan terjadi demi keuntungan pihak-pihak tertentu.

Angka 400 tilyun adalah angka besar, semakin besar anggaran yang tersedia semakin besar pula kesempatan untuk diselewengkan.

Tapi angka yang besar juga merupakan kesempatan baik terutama agar program ini berdampak pada masyarakat luas. Selain meningkatkan gizi anak-anak sekolah, program ini juga bisa digunakan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat utamanya Usaha Mikro Kecil.

Kembali ke toilet, yang perlu dijaga adalah jangan sampai program ini membuat septic tank toilet koruptor cepat penuh.

Apa yang dilakukan oleh Azwar Anas saat menjabat Bupati Banyuwangi bisa menjadi acuan, terutama bagaimana uang dari pemerintah bisa dipakai untuk sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

Sewaktu pandemi Covid 19, Azwar Anas meluncurkan program Rantang Kasih. Program pemberian makan gratis untuk penduduk miskin, janda, orang tua, dan warga yang tidak berdaya lainnya.

Dana besar yang dialokasikan untuk makan gratis sekaligus digunakan untuk mengerakkan ekonomi perdesaan yang sedang lesu karena Covid 19.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top